PENDAHULUAN
Dengan timbulnya situasi Economic of relatif plenty, dewasa ini setiap
pengusaha harus berusaha untuk dapat menutup jurang yang terbentang antara
produsen dengan masyarakat konsumen selaku calon pembeli atau pemakai barang
atau jasa yang dihasilkannya. Menjadi tugas dan tanggung jawabnya selaku
seorang pengusaha untuk selalu dapat mempengaruhi besarnya permintaan akan
barang hasil produksi perusahaannya, selalu berusaha untuk mencari pembeli dan
pemakai barang yang dihasilkannya. Sebagai pengusaha, ia harus memberitakan
penyempurnaaan-penyempurnaan produksi yang telah dicapainya, dimana barang yang
dihasilkannya dapat diperoleh masyarakat konsumen dan lain senbagainya. Atau
dengan perkataan lain, setiap pengusaha harus selalu memelihara konsumen dengan
pasar.
Penyelenggara komunikasi dengan pasar, merupakan suatu syarat mutlak bagi
setiap produsen yang menghasilkan produk secara besar-besaran yang ditujukan
kepada kepada para konsumen yang tidak dikenalnya. Penyelenggaraan komunikasi
dengan pasar juga berarti suatu syarat mutlak bagi setiap pengusaha yang ingin
menjamin kelangsungan hidup perusahaannya dan terus maju berkembang.
Dalam lingkungan bisnis, ada aneka sarana komunikasi perdagangan yang dapat
dipergunakan para pengusaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat konsumen.
Sarana-sarana komunikasi perdagangan yang tersedia antara lain adalah dalam
wujud pengiriman surat, pengiriman kawat, percakapan telepon, kunjungan
pribadi, dan lain-lain.
Jenis-jenis sarana komunikasi perdagangan yang disebutkan tadi hanya sesuai
bilamana dipergunakan dalam daerah pemasaran barang dan jasa yang ruang
lingkupnya terbatas.
Untuk berkomunikasi dalam suatu daerah pemasaran yang sangat luas, dimana
calon konsumen kita jumlahnya beribu-ribu bahkan mungkin mencapai jutaan atau
puluhan juta orang, kita memerlukan sarana komunikasi pemasaran khusus seperti
periklanan. Karena periklanan dalam rangkaian usaha yang dilakukan setiap
pengusaha merupakan suatu alat pemasaran yang bidang geraknya justru terletak
dalam bidang komunikasi massa.
PEMBAHASAN
1.
Komunikasi dengan Pasar
Dengan timbulnya situasi Economic of relatif plenty, dewasa ini setiap
pengusaha harus berusaha untuk dapat menutup jurang yang terbentang antara
produsen dengan masyarakat konsumen selaku calon pembeli atau pemakai barang
atau jasa yang dihasilkannya. Menjadi tugas dan tanggung jawabnya selaku
seorang pengusaha untuk selalu dapat mempengaruhi besarnya permintaan akan
barang hasil produksi perusahaannya, selalu berusaha untuk mencari pembeli dan
pemakai barang yang dihasilkannya. Sebagai pengusaha, ia harus memberitakan
penyempurnaaan-penyempurnaan produksi yang telah dicapainya, dimana barang yang
dihasilkannya dapat diperoleh masyarakat konsumen dan lain senbagainya. Atau
dengan perkataan lain, setiap pengusaha harus selalu memelihara konsumen dengan
pasar.
Penyelenggara komunikasi dengan pasar, merupakan suatu syarat mutlak bagi
setiap produsen yang menghasilkan produk secara besar-besaran yang ditujukan
kepada kepada para konsumen yang tidak dikenalnya. Penyelenggaraan komunikasi
dengan pasar juga berarti suatu syarat mutlak bagi setiap pengusaha yang ingin
menjamin kelangsungan hidup perusahaannya dan terus maju berkembang.
Dalam lingkungan bisnis, ada aneka sarana komunikasi perdagangan yang dapat
dipergunakan para pengusaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat konsumen.
Sarana-sarana komunikasi perdagangan yang tersedia antara lain adalah dalam
wujud pengiriman surat, pengiriman kawat, percakapan telepon, kunjungan pribadi,
dan lain-lain.
Jenis-jenis sarana komunikasi perdagangan yang disebutkan tadi hanya sesuai
bilamana dipergunakan dalam daerah pemasaran barang dan jasa yang ruang
lingkupnya terbatas.
Untuk berkomunikasi dalam suatu daerah pemasaran yang sangat luas, dimana
calon konsumen kita jumlahnya beribu-ribu bahkan mungkin mencapai jutaan atau
puluhan juta orang, kita memerlukan sarana komunikasi pemasaran khusus seperti
periklanan. Karena periklanan dalam rangkaian usaha yang dilakukan setiap
pengusaha merupakan suatu alat pemasaran yang bidang geraknya justru terletak
dalam bidang komunikasi massa.
2.
Konsep Dasar dan Peranan
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia
dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di
rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja
manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam konunikasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan
berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi
informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur
semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru,
maka besar kemungkinannya guru tidak dating mengajar. Skibatnya, murid-murid
tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah
memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi
dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu
dalam pelaksanaan tugasnya Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua
organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator
dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka
(Kohler 1981). Untuk memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih
dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi. Karena itu, pada bab 1 ini
disajikan dahulu konsep-konsep dasar komunikasi seperti definisi komunikasi,
model komunikasi, komponen dasar komunikasi dan prinsip-prinsip komunikasi.
3. Tujuan dari Komunikasi Bisnis
a.
Tujuan komunikasi
Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan
seseorang dengan orang lain, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi
tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan – tujuan dari komunikasi
tersebut antara lain :
Ø Menentapkan dan menyebarkan maksud dari suatu kegiatan.
Ø Untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang secara individu maupun
kelompok-kelompok di dalam suatu organisasi
Ø Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
Ø Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
seperti efektif dan efisien.
Ø Memilih, mengembangkan, menilai anggota di dalam komunikasi tersebut.
Ø Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana
setiap orang mau memberikan kontribusi.
b.
Tujuan komunikasi data
:
Ø
Pengiriman data dalam
jumlah besar dan efisien.
Ø
Penggunaan sistem
komputer dan alat pendukung secara bersamaan.
Ø
Menggunakan sistem
komputer secara terpusat/tersebar.
Ø
Mempermudah pengolahan
dan pengaturan data.
Ø
Mendapatkan data
secara langsung dari sumbernya.
Ø
Mempercepat penyebaran
informasi.
c.
Operasi komunikasi
data :
Ø
Pengumpulan data/data
collection.
Ø
Pertukaran informasi/information
exchange.
Ø
Menyimpan dan
mengambil data/data storage and access.
Ø
Time sharing.
Ø
Program to program
communications.
Ø
Remote computing.
4. Umpan Balik dan Bentuk-Bentuknya
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis
antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka
dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu
komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang
merupakan hasil kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di
antara kelima unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan komunikasi.
Keberhasilan komunikasi bisa dilihat dari tujuannya: tercapai atau tidak.
Selain itu, sebelum melakukan komunikasi, kita harus mengetahui siapa sasaran
kita. Dalam hal ini, komunikator memainkan peranan penting dalam komunikasi.
Tujuan dari pesan itu sendiri harus disesuaikan dengan jenis pesan yang akan
disampaikan. Apakah hanya supaya komunikan megetahui (metode informative)
atau komunikan melakukan tindakan tertentu (persuasif atau instruktif).
Penjelasan keberhasilan komunikasi dalam kerangka tujuan menunjukkan betapa
pentingnya elemen komunikator dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Karena
dalam melakukan komunikasi, komunikator harus lebih dulu mengetahui keadaan
komunikan. Keadaan komunikan yang sedang sedih, gembira, dan sebagainya sangat
menentukan keberhasilan komunikasi. Disinilah peran komunikator yang harus
dapat menilai apakah komunikan dalam keadaan siap atau tidak untuk
berkomunikasi. Bila dianalogikan dengan seorang siswa-naik atau tidak naik
kelas-sebenarnya, bergantung pada kemauan siswa itu sendiri. Apabila
komunikator maksimal dalam mengusahakan suatu komunikasi yang baik dengan
mempertimbangkan segenap aspek komunikasi, termasuk media apa yang akan
dipakai, baik itu media primer (dengan cara tatap muka), maupun sekunder
(radio, televisi, surat, dan sebagainya), maka komunikasinya akan berhasil.
Pemilihan media yang tepat dalam
melakukan komunikasi turut memberikan peranan dalam menentukan keberhasilan
komunikasi. Media primer yang paling banyak digunakan adalah bahasa.
Kesalingmengertian dalam bahasa tidak hanya sebatas kerangka terjemahan saja,
tetapi juga pada kerangka pemaknaan. Lebih lanjut, kesalingmengertian juga
didasari pada faktor frame of reference. Sedangkan dalam
menggunakan media sekunder (surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya), keefektifan
tercapai dalam menjangkau komunikan dalam jumlah yang banyak (massa). Namun,
kelemahan aspek ini adalah hanya sebatas pada pesan yang bersifat informatif
saja. Sehingga umpan balik yang ditimbulkan tidak dapat diketahui secara
langsung.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran
kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya.
Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat
’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal.
Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya ditentukan oleh umpan balik
sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan lagi dengan seorang siswa-dia
naik kelas atau tidak-maka, umpan balik adalah sebagai nilai raportnya.
Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai
komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita
tersampaikan atau tidak. Apakah umpan balik itu berupa respon negatif ataupun
respon positif. Contoh kecil ketika kita berceramah atau berpidato di depan
khalayak umum. Maka kita akan dapat melihat reaksi apa saja yang dilakukan oleh
pendengar di depan kita. Mungkin ada yang tekun memperhatikan, ada yang
mengobrol dengan teman di sampingnya, ada yang menguap karena bosan, atau
melakukan interupsi atas apa yang kita sampaikan. Semua perilaku atau reaksi
yang dilakukan oleh penonton di depan kita merupakan umpan balik yang langsung
diberikan kepada kita sebagai komunikator.
Orang yang mendengarkan dengan tekun mungkin memberikan respon positif
sedangkan yang mengobrol dengan teman di sampingnya memberikan respon negatif.
Namun, kesimpulan ini tidak kaku. Artinya, mungkin tubuh orang yang ‘kelihatan’
tekun mendengarkan, berada di depan kita, sedangkan pikirannya jauh berada di
luar sana. Namun sebaliknya, orang yang mengobrol dengan temannya, mungkin
sedang asyik berdiskusi tentang apa yang kita sampaikan. Bahkan, diam pun bisa
disebut sebagai umpan balik yang menandakan dua hal, apakah ia mengerti atau
tidak sama sekali.
Dari uraian di atas, penjelasan-penjelasan tentang peranan unsur-unsur
komunikasi dalam menentukan keberhasilan komunikasi saling berkaitan satu sama
lain. Namun, pada dasarnya, umpan baliklah yang paling menentukan. Hal ini
dikarenakan umpan balik sebagai hakim atau pos terakhir yang dapat memutuskan
apakah komunikasi dapat berlangsung atau tidak.
5. Kesalah Fahaman dalam berkomunikasi
Misunderstanding (kesalahpahaman) merupakan salah satu kendala komunikasi
efektif dan sangat berpeluang menciptakan konflik. Suatu kondisi salah paham
biasa dimunculkan ketika suatu informsi yang diterima oleh seseorang memiliki
makna atau esensi yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh si pemberi atau
penyampai informasi. Kesalahpahaman ini banyak sekali bentuknya, mulai dari
hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari, sampai kesalahpahaman oleh kalangan
elit politik yang menentukan kehidupan orang banyak.
Salah satu bentuk kesalahpahaman yang cukup “parah” adalah cultural
misunderstanding, atau kesalahpahaman kultural. Dalam hal ini, budaya dan
kebiasaan yang melekat menjadi penghalang terjalinnya komunikasi yang efektif.
Misalnya, seorang lelaki Sunda memiliki menantu pemuda Jawa. Saat si menantu
akan makan, demi kesopanan dan etika, dia menawari mertuanya. Di Jawa, untuk
menawari makan orang yg lebih tua, digunakan kata “dhahar” yang artinya sudah
sangat halus. Padahal, jika kata “dhahar” ini digunakan untuk orang Sunda,
artinya menjadi sangat kasar, karena orang Sunda menggunakan kata “tuang” untuk
kata makan yg paling halus.
Rata-rata kesalahpahaman memang terjadi pada komunikasi yang masih dasar,
yakni tahapan komunikasi yang menyenangkan. Dalam tahapan ini, komunikator dan
komunikan merasa masih belum perlu membahas masalah secara detail, sehingga
kadang terselip beberapa poin yang menjadi sumber kesalahpahaman. Berbeda
dengan tahapan lain, misalnya komunikasi untuk hubungan yg lebih baik, yang
walaupun kadang tetap ada yg namanya salah paham, namun sudah dalam jumlah yang
minimal.
Kondisi kesalahpahaman
semacam ini umumnya disebabkan karena tingkat kemampuan berkomunikasi yang
kurang baik, entah itu dalam hal menyampaikan informasi maupun dalam hal
menerima informasi. Disini kemampuan berkomunikasi memegang peranan yang sangat
penting. Bagaimanapun juga, kemampuan berkomunikasi seseorang turut menentukan
efektif tidaknya hubungan yang dibangun dengan orang lain.
Ada beberapa cara untuk menghindari kesalahpahaman. Yang paling penting
adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan ini bisa kita tingkatkan
dengan, misalnya, banyak membaca koran atau tulisan lain yang memakai tata
bahasa efektif dan sistematis. Dengan rutin membaca, kosakata kita akan semakin
kaya dan mempermudah untuk menjalin komunikasi. Selain itu, jangan lupa
tanyakan kepada lawan bicara hal-hal yang kita belum jelas maksudnya. Cara ini
membantu untuk menghindari salah paham akibat salah persepsi.
Cara yang lain, tingkatkan sensitivitas kita pada lawan bicara dan kurangi
sensitivitas dari lawan bicara. Dengan kata lain, tingkatkan kepekaan kita
untuk merasakan perasaan lawan bicara, agar kita lebih berhati-hati dalam
memilih dan menyampaikan kata. Sebaliknya, kurangi kepekaan kita dari kata-kata
yang diucapkan oleh lawan bicara. Jangan sampai kita tersinggung oleh hal-hal
sepele, hanya karena kita terlalu sensitif dalam menanggapi orang lain.
6. Memperbaiki Komunikasi dengan Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
a.
Organisasi dan
Komunikasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara
harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga
yang menamakannya sarana.
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan
organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach,
mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari
tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa
yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan,
media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi
penghambat, dan sebagainya.
Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari
pengirim kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat
komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara penerima dan pengirim
tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh manusia, tetapi
komunikasi dalam organisasi yang terjadi dewasa ini juga menggunakan alat
komunikasi yang canggih. Banyak manajer dewasa ini mengirim informasi dengan
sistem informasi manajemen yang kompleks, dimana data berasal dari berbagai
sumber, kemudian dianalisis oleh komputer dan disampaikan kepada penerima
secara elektronik.
Komunikasi dapat dianalisis ke dalam tiga tingkatan analisis, yaitu
komunikasi antar individu, komunikasi dalam kelompok dan komunikasi
keorganisasian. Manajer sebagai orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan
organisasi perlu memahami tiga tingkatan analisis tersebut.
b.
Fungsi Komunikasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
Fungsi informatif.
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat
suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
Fungsi regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
Berkaitan dengan orang-orang yang berada
dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau
intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
◦ Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
Fungsi persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
Fungsi integratif.
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran
komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
◦ Saluran komunikasi formal seperti penerbitan
khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi.
◦ Saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun
kegiatan darmawisata.
c.
Proses dan Unsur
Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari tujuh unsur utama, yaitu pengirim informasi,
proses penyandian, pesan, saluran, proses penafsiran, penerima umpan balik.
Model komunikasi ini banyak dipergunakan dalam organisasi untuk menganalisis
komunikasi.
Unsur-unsur Utama Komunikasi
Pengirim
Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator dalam organisasi
bisa karyawan bisa pimpinan.
Penyandian
Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyarat-isyarat
atau simbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses penyandian ini
dilakukan oleh pengirim.
Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima.
Sebagian besar pesan dalam bentuk kata baik berupa lisan maupun tulisan.
Saluran
Saluran atau media adalah alat dengan mana pesan berpindah dari pengirim ke
penerima. Saluran yang paling mendasar dalam komunikasi adalah berhadapan muka
secara langsung
Penerima
Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima
melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima dari pengirim.
Penafsiran (decoding)
Penafsiran adalah proses menerjemahkan (menguraikan sandi-sandi) pesan dari
pengirim. Sebagian besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi
pesan oleh penerima.
Umpan balik (feedback)
Umpan balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang
disampaikan pengirim.
Gangguan
Gangguan adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan
pesan dari pengirim kepada penerima.
d.
Komunikasi Antar
Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah pertukaran informasi yang terjadi di antara
dua orang. Dalam melakukan komunikasi antar pribadi masing-masing memiliki cara
sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Johary windows merupakan salah
satu model komunikasi antar pribadi.
Komunikasi akan berjalan dengan efektif jika masing-masing orang yang
berkomunikasi mengetahui informasi secara lengkap. Namun sering terjadi
masing-masing tidak memiliki informasi yang relevan secara lengkap. Gambar 2
mengidentifikasi empat kombinasi, informasi yang diketahui dan tidak diketahui
baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
Ø Bidang Arena. Bidang ini merupakan bidang komunikasi antar pribadi yang
paling efektif. Baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui atau
memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi.
Ø Bidang Gelap. Pada bidang ini, diri sendiri tidak mengetahui informasi yang
relevan secara lengkap, tetapi orang lain mengetahui, sehingga komunikasi tidak
bisa berlangsung dengan baik atau efektif.
Ø Bidang tidak diketahui. Pada bidang ini, diri sendiri maupun orang lain
sama-sama tidak mengetahui informasi yang relevan, sehingga komunikasi
berlangsung tidak efektif.
Ø Bidang depan. Bidang depan merupakan kondisi dimana diri sendiri mengetahui
informasi yang relevan dengan apa yang akan dikomunikasikan, sedangkan orang
lain tidak mengetahuinya sehingga komunikasi juga tidak akan berjalan dengan
baik atau efektif.
Komunikasi antar pribadi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu perluasan
dan umpan balik. Perluasan (exposure) merupakan upaya untuk memperbesar bidang
arena dan memperkecil bidang depan. Caranya adalah dengan menjelaskan atau
memberikan informasi kepada orang lain sehingga mereka memahami informasi yang
dibutuhkan, sehingga komunikasi yang terjadi akan lebih efektif (seperti pada
bidang arena).
Umpan balik (feedback) adalah cara lain untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar individu. Seperti bidang gelap dimana diri sendiri yang tidak
mengetahui informasinya, sedang orang lain mengetahuinya. Dalam kondisi ini,
komunikasi akan efektif jika diri sendiri mendapatkan umpan balik dari orang
lain, dimana orang lain mau memberikan informasinya kepada diri sendiri.